JAYAPURA – Dua orang guru dan seorang warga dievakuasi oleh TNI dari Kiwirok ke Jayapura, Rabu (22/9/2021). Salah satunya adalah Rospiani br Purba Guru SMP Kiwirok.
Saat ditemui pengurus DPD PBB Papua di rumahnya di Kelurahan Entrop Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Rospiana Purba (55), guru SMP Kiwirok asal Medan masih terlihat ketakutan, tangan dan bibirnya gemetar saat berbicara.
Begitu juga dengan Mama Yosepa Taplo (50) yang merupakan asli KIwirok juga tampak masih trauma dan ketakutan untuk menceritakan kejadian pembakaran dan penyerangan yang terjadi pada Senin (13/9/2021) lalu.
Sebelum berbicara, dengan ditemani suami yakni Simanjuntak, Rospiani Purba meminta untuk berdoa terlebih dulu.”Tolong kita berdoa dan sebelum berdoa, saya nyanyikan satu lagu rohani dulu,” pinta Ibu Rospiani sembari menyanyikan lagu Allah Kuasa Melakukan Segala Perkara….dst” lalu berdoa.
Usai berdoa, Rospiani mengatakan bahwa dirinya tidak pernah terpikir akan terjadi seperti ini karena sejak tahun 1999 berada di Kiwirok semua aman tidak pernah ada masalah.
Namun kali ini ia mengaku sangat shock lantaran tidak pernah melihat kejadian seperti itu. Nyawa orang seperti tidak berharga dipukuli lalu ditendang ke jurang yang dalamnya sampai 500 meter.

“Rumah-rumah dibakar, sampai kemarin masih ada pembakaran terhadap sekolah SMA. Saat kami naik Heli juga masih terjadi penembakan,”ujarnya.
Bahkan dia juga menyebut, keponakannya yang baru 3 bulan ditempatkan jadi guru bersama 17 orang lainnya, masih mengungsi di Pos TNI.”Tolong keponakan saya dan teman-teman yang masih berada disana agar dilindungi Allah, bisa dievakuasi ke Jayapura,” ujarnya.
Senada juga disampaikan Mama Yosepa Pablo yang tak pernah menyangka akan terjadi seperti itu. Bahkan ia mengaku selalu bersama-sama dengan Rospiani di Kiwirok.
“Saya ini orang asli sana, saya lihat kelakukan OPM itu kejam, bakar rumah-rumah dan pukuli orang-orang,” katanya dengan terbata-bata.
Dia menceritakan, sebelum kejadian itu, dirinya biasa menemani guru Rospiani kerja dirumahnya karena Rospiani memiliki kios di rumahnya komplek SMP Kiwirok dan juga kerja membantu TNI membersihkan Pos Satgas Pampas Kiwirok.
Saat kejadian pembakaran sekolah dan Puskesmas dan kantor pemerintah lainnya, mama Yosepa sedang berada di rumah Rospiani, begitu sekolah mulai dibakar oleh KKB, mereka lari meninggalkan rumah yang berada di kompleks sekolah menuju Pos Pamtas TNI untuk menyelamatkan diri.
“Saat itu kita bertiga ada di rumah, saya, sama Yosepa dan keponakan saya yang baru 3 bulan ditempatkan guru di KIwirok, kami lari ke Pos TNI menyelamatkan diri, karena sekolah sudah dibakar dan rumah yang kami tempati berada di komplek sekolah juga ikut dibakar,” sela ibu Rospiani.
Saat kejadian, kata Rospiani semua kios dan rumah-rumah warga pendatang dijarah, tidak hanya orang laki-laki dewasa, tetapi ibu-ibu dan anak-anak ikut mejarah kemudian rumahnya dibakar.
“Saat ini situasinya sangat mencekam dan ketakutan, kami lari ke Pos TNI hanya dengan baju di badan, tidak bisa berpikir apa-apa, hanya ketakutan yang ada,” ujarnya.
Sejak tahun 2018, guru Rospiani bersama-sama dengan suaminya Simanjuntak di Kiwirok membuka kios di kompleks sekolah SMP, tapi seminggu sebelum kejadian suaminya turun ke Jayapura untuk belanja kebutuhan kios.
“Saya baru seminggu turun dari Kiwirok untuk belanja kebutuhan kios dan sudah dua kali pengiriman barang ke sana, ternyata semua habis terbakar,” ujarnya.
Dia berterima kasih kepada TNI yang telah menyelamatkan mereka hingga bisa bertemu suami, anak dan saudara di Jayapura. Saat ini mama Yosepa Pablo tinggal bersama-sama keluarga guru Rospiani Purba di Jayapura. Bahkan dia mengatakan tidak akan kembali lagi ke Kiwirok.
(Biro MPP Jayapura)
Komentar